Semua bermula ketika mataku menangkap bayanganmu, entah
kenapa walaupun belum mengenalmu, aku merasa tertarik padamu. Sejak itu sorot
mataku tak pernah lepas dari bayangmu. Semua yang kau lakukan selalu tertangkap
oleh mataku. Sampai saat aku sadar, bahwa kau memperhatikan seseorang, seorang
wanita yang mungkin kau cintai.
entah apa yang terjadi, aku memberanikan diri bertanya
padamu. Kau diam dan berusaha menentang pertanyaanku. Tapi aku tau dari raut
merah wajahmu, mengatakan bahwa dia benar-benar wanita istimewa dihatimu.
Melihat itu semua, aku hanya bisa tersenyum. Aku kira semua
sudah berakhir, aku tinggal mundur perlahan. Tetapi kamu malah meminta
bantuanku untuk memberikan masukan, agar dia bisa jatuh hati padamu. Dan dengan
bodohnya aku berkata “ya”.
Sejak saat itu, hubunganku denganmu semakin dekat. Aku
sampai berpikir, bahwa aku mengetahui suatu rahasia yang hanya diketahui antara
kita berdua. Sedikit demi sedikit rasa tertarikku padamu berkembang menjadi
cinta. Rasa cintaku tumbuh tanpa meminta izin terlebih dahulu padamu.
Tapi aku sama sekali tidak ingin menyampaikannya padamu.
Karena detik-detik yang kita habiskan bersama sudah lebih dari cukup. Lagipula
aku tau diri, kita bersama karena ada “dia” diantara kita.
Mungkin sudah tiba saatnya, kau memberanikan diri untuk
mendekatinya. Membuat waktu yang kita habiskan berdua semakin sempit, tidak
apa. Aku sudah bertekad untuk mendukungmu.
Semakin hari kau semakin tergila-gila padanya. Mungkin karna
kamu sudah lebih mengenalnya. Ada
sedikit rasa cemburu. Tapi tidak akan ku biarkan cemburu itu berubah menjadi
batu penghancur persahabatan kita.
Hari ini kau menghubungiku, sedikit bahagia, karena sudah
lama aku tidak melihat namamu di layar ponselku. Kau berkata ada sesuatu yang
ingin kau sampaikan. Tentu saja aku tau pasti tentang “dia”.
Tepat seperti dugaanku, “dia”. Katamu, besok kau akan
mengungkapkan perasaanmu padanya. Hanya saja, ada sedikit keraguan dan
ketakutan akan kemungkinan yang terjadi, diterima atau ditolak? Aku berusaha
untuk tetap tenang. Satu satunya kata yang terbersit dikepalaku hanyalah,
senyuman.
Dengan senyuman aku berkata, “Tenang, aku memang tidak
bisa banyak membantu, hanya saja jika kamu merasakan ketakutan saat menyatakan
cintamu, aku pasti akan memberikan seluruh keberanianku padamu, tutup matamu
dan coba ungkapkan padanya. Aku yakin keberanianku pasti akan tersampaikan
padamu.” Setelah mendengar kata kataku dia tertawa dan memelukku. Mungkin itu
bukan apa-apa untuknya, tapi tidak bagiku.
Tampangmu tidak buruk, kamu juga pintar. entah kenapa aku
yakin dia pasti menerimamu. Tapi apapun jawabannya aku hanya bisa menunggu.
Hari itupun tiba, ponselku berdering, namamu tertera dengan
indah dilayar ponselku. Aku menyiapkan diri untuk semuanya. Aku menekan tombol
terima panggilan. Terdengar nada bahagia yang mengatakan “happy ending”.
Tanpa sadar, aku mengatakan “maaf jika aku akan membuatmu
bimbang, tapi aku hanya ingin mengatakan perasaan yang harus disampaikan. Aku
mencintaimu, walaupun tau aku akan ditolak. Aku tetap mencintaimu. Selamat,
semoga kau bahagia bersamanya.” Aku menutup telepon secara sepihak.
Sadar bahwa aku tidak akan mengangkat teleponmu, kamu
mengirimi pesan singkat yang berisi, “aku sedikit terkejut dengan perasaanmu
padaku, tapi aku tidak akan mungkin membalas perasaanmu. Maaf”
Perasaan sepihak memang menyakitkan ya, tanpa terasa
air mataku mengalir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar